"I have no right to lecture you. Since I'm the same trash like you, having done a similiar heartless things in the past. I have rejected her by my cold-hearted act. I'm really a bastard....
I just want to... let the women I love get the happiness that she deserves. I can't do it with the person, I am, wielding this sword right now. If she is with me, she will not have a normal life, and I didn't want that. What I can only hope for, is for her to be able to marry a normal person and lead a normal life. To have children like normal people do, and live life like normal people do. That's all there is to it." - Hijikata Toushirou
Thursday, March 15, 2012
Wednesday, March 14, 2012
Penalaran Deduktif
Apa itu Penalaran? Apa itu Penalaran Induktif? Apa itu Generalisasi? Semua hal itu ada dalam post saya disini.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang Penalaran Deduktif.
Sebelum mempelajari penalaran deduktif, alangkah baiknya kita mengetahui apa arti dari deduksi;
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Jadi, Deduksi adalah sebuah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran dimana dari dua proposisi ditarik suatu proposisi baru yang berupa konklusi.
Contoh :
Semua buku bacaan saya mempunyai jalan cerita yang unik.
"Pocongggg juga Pocong" adalah salah satu buku bacaan saya.
Jadi : "Poconggg juga Pocong" mempunyai jalan cerita yang unik.
Hukum Silogisme :
Bentuk Silogisme Menyimpang :
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh silogisme menyimpang:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”
Bentuk standar dari silogisme di atas:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.
Dalam Penalaran Deduktif, kita juga harus mengetahui paragraf yang berdasarkan deduktif.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Ciri-ciri paragraf deduktif kalimat utama berada di awal paragraf. Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
Contoh:
Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas.
Semua metode itu memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan, berikut adalah kelebihan dan kelemahan penalaran secara deduktif :
Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang melebihi kasus- kasus khususnya (knowledge expanding), dan inilah yang diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan dengan deduksi.
Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada penalaran deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi premisnya. Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.
Sumber :
Wikipedia
Blog milik Vania
Blog milik Nopi
Dalam kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang Penalaran Deduktif.
Sebelum mempelajari penalaran deduktif, alangkah baiknya kita mengetahui apa arti dari deduksi;
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Jadi, Deduksi adalah sebuah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran dimana dari dua proposisi ditarik suatu proposisi baru yang berupa konklusi.
Contoh :
Semua buku bacaan saya mempunyai jalan cerita yang unik.
"Pocongggg juga Pocong" adalah salah satu buku bacaan saya.
Jadi : "Poconggg juga Pocong" mempunyai jalan cerita yang unik.
Hukum Silogisme :
- Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
- Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
- Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
- Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
- Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
- Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
- Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
- Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
- Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
- Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk Silogisme Menyimpang :
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh silogisme menyimpang:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”
Bentuk standar dari silogisme di atas:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.
Dalam Penalaran Deduktif, kita juga harus mengetahui paragraf yang berdasarkan deduktif.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Ciri-ciri paragraf deduktif kalimat utama berada di awal paragraf. Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
Contoh:
Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas.
Semua metode itu memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan, berikut adalah kelebihan dan kelemahan penalaran secara deduktif :
Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang melebihi kasus- kasus khususnya (knowledge expanding), dan inilah yang diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan dengan deduksi.
Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada penalaran deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi premisnya. Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.
Sumber :
Wikipedia
Blog milik Vania
Blog milik Nopi
Thursday, March 8, 2012
Penalaran, Penalaran Induktif, dan Generalisasi
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang akan menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Proses sebuah penalaran adalah sebuah pengamatan, pengamatan yang akan membentuk sebuah proposisi, dan pengamatan yang sejenis akan membuat proposisi yang sejenis. Berdasarkan jumlah proposisi yang diketahui, seseorang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Pada ketika penalaran terjadi, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis. Hasil kesimpulan disebut dengan konklusi. Hubungan keduanya disebut dengan konsekuensi.
Apa itu Konsekuensi?
Konsekuensi, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak".
Suatu hubungan konsekuensi yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan dengan teori model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap himpunan kalimat lain (formulasi Tarski), atau sebagai hubungan antara dua himpunan kalimat (logika simpulan jamak).
Apa itu Logika?
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Kembali lagi ke Penalaran,
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Ada 2 buah Metode dalam menalar, yaitu menalar induktif dan menalar deduktif.
Disini akan dijelaskan tentang Metode Menalar Induktif.
Metode menalar induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh :
Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Generalisasi dari kedua kalimat di atas adalah : semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Padahal kebenaran tersebut hanya sebuah kemungkinan (probabilitas) karena belum diselidik kebenarannya. Ini adalah sebuah contoh Generalisasi tidak sempurna.
Ada 2 macam tipe generalisasi :
Generalisasi sempurna adalah sebuah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh : Diadakan sensus penduduk tentang rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 tahun. Dan telah ditemukan bahwa rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 adalah 163 cm.
Generalisasi tidak sempurna adalah sebuah generalisasi dimana fenomena tersebut belum diselidiki.
Contoh : Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game. Semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Nah, semua generalisasi berawal dari generalisasi tidak sempurna. Generalisasi tersebut akan diuji dulu kebenarannya.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Proses sebuah penalaran adalah sebuah pengamatan, pengamatan yang akan membentuk sebuah proposisi, dan pengamatan yang sejenis akan membuat proposisi yang sejenis. Berdasarkan jumlah proposisi yang diketahui, seseorang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Pada ketika penalaran terjadi, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis. Hasil kesimpulan disebut dengan konklusi. Hubungan keduanya disebut dengan konsekuensi.
Apa itu Konsekuensi?
Konsekuensi, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak".
Suatu hubungan konsekuensi yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan dengan teori model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap himpunan kalimat lain (formulasi Tarski), atau sebagai hubungan antara dua himpunan kalimat (logika simpulan jamak).
Apa itu Logika?
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Kembali lagi ke Penalaran,
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Ada 2 buah Metode dalam menalar, yaitu menalar induktif dan menalar deduktif.
Disini akan dijelaskan tentang Metode Menalar Induktif.
Metode menalar induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh :
Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Generalisasi dari kedua kalimat di atas adalah : semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Padahal kebenaran tersebut hanya sebuah kemungkinan (probabilitas) karena belum diselidik kebenarannya. Ini adalah sebuah contoh Generalisasi tidak sempurna.
Ada 2 macam tipe generalisasi :
- Generalisasi sempurna
- Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi sempurna adalah sebuah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh : Diadakan sensus penduduk tentang rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 tahun. Dan telah ditemukan bahwa rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 adalah 163 cm.
Generalisasi tidak sempurna adalah sebuah generalisasi dimana fenomena tersebut belum diselidiki.
Contoh : Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game. Semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Nah, semua generalisasi berawal dari generalisasi tidak sempurna. Generalisasi tersebut akan diuji dulu kebenarannya.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Apakah anda sudah mengerti tentang penalaran, penalaran induktif dan generalisasi? Saya harap anda sudah mengerti tentang hal ini, setelah membaca penjabaran di atas.
Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia
Konvensi Naskah
Konvensi naskah adalah suatu penulisan naskah karangan ilmiah berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati. Konvensi penulisan naskah yang baik mempunyai aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya.
Dari segi persyaratan di atas, sebuah naskah bisa dibagi menjadi 3, yaitu naskah formal, semi-formal, dan non-formal.
Naskah formal adalah suatu naskah yang memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Naskah semi-formal adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Naskah informal adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Untuk apa kita mengenal konvensi naskah ini? Pasti pertanyaan tersebut terlintas di pikiran kita. Saat membuat sebuah naskah untuk membuat sebuah penulisan ilmiah, thesis, atau sebuah skripsi, konvensi naskah ini sangat berguna untuk dijadikan sebuah persyaratan umum untuk membuat sebuah naskah di atas. Karena sebuah penulisan ilmiah, thesis ataupun skripsi dianggap layak jika memenuhi syarat-syarat yang ada pada konvensi naskah.
Nah, konvensi naskah dibagi menjadi 3, yaitu :
Sumber :
1. Buku : Bahasa Indonesia: mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi oleh Widjono Hs
2. Bahan ajaran Dr. ATI HARMONI, SSi., MM di Universitas Gunadarma
Dari segi persyaratan di atas, sebuah naskah bisa dibagi menjadi 3, yaitu naskah formal, semi-formal, dan non-formal.
Naskah formal adalah suatu naskah yang memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Naskah semi-formal adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Naskah informal adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua persyaratan yang dituntut oleh konvensi.
Untuk apa kita mengenal konvensi naskah ini? Pasti pertanyaan tersebut terlintas di pikiran kita. Saat membuat sebuah naskah untuk membuat sebuah penulisan ilmiah, thesis, atau sebuah skripsi, konvensi naskah ini sangat berguna untuk dijadikan sebuah persyaratan umum untuk membuat sebuah naskah di atas. Karena sebuah penulisan ilmiah, thesis ataupun skripsi dianggap layak jika memenuhi syarat-syarat yang ada pada konvensi naskah.
Nah, konvensi naskah dibagi menjadi 3, yaitu :
- Pelengkap Pendahuluan
- Isi
- Pelengkap Penutup
Sumber :
1. Buku : Bahasa Indonesia: mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi oleh Widjono Hs
2. Bahan ajaran Dr. ATI HARMONI, SSi., MM di Universitas Gunadarma
Subscribe to:
Posts (Atom)