Proses sebuah penalaran adalah sebuah pengamatan, pengamatan yang akan membentuk sebuah proposisi, dan pengamatan yang sejenis akan membuat proposisi yang sejenis. Berdasarkan jumlah proposisi yang diketahui, seseorang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Pada ketika penalaran terjadi, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis. Hasil kesimpulan disebut dengan konklusi. Hubungan keduanya disebut dengan konsekuensi.
Apa itu Konsekuensi?
Konsekuensi, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak".
Suatu hubungan konsekuensi yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan dengan teori model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap himpunan kalimat lain (formulasi Tarski), atau sebagai hubungan antara dua himpunan kalimat (logika simpulan jamak).
Apa itu Logika?
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Kembali lagi ke Penalaran,
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Ada 2 buah Metode dalam menalar, yaitu menalar induktif dan menalar deduktif.
Disini akan dijelaskan tentang Metode Menalar Induktif.
Metode menalar induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh :
Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Generalisasi dari kedua kalimat di atas adalah : semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Padahal kebenaran tersebut hanya sebuah kemungkinan (probabilitas) karena belum diselidik kebenarannya. Ini adalah sebuah contoh Generalisasi tidak sempurna.
Ada 2 macam tipe generalisasi :
- Generalisasi sempurna
- Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi sempurna adalah sebuah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh : Diadakan sensus penduduk tentang rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 tahun. Dan telah ditemukan bahwa rata-rata tinggi orang Indonesia saat berumur 21 adalah 163 cm.
Generalisasi tidak sempurna adalah sebuah generalisasi dimana fenomena tersebut belum diselidiki.
Contoh : Andi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game.
Budi adalah seorang pemain Warcraft III, dan dia ahli bermain Strategy Game. Semua pemain Warcraft III ahli bermain Strategy Game.
Nah, semua generalisasi berawal dari generalisasi tidak sempurna. Generalisasi tersebut akan diuji dulu kebenarannya.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Apakah anda sudah mengerti tentang penalaran, penalaran induktif dan generalisasi? Saya harap anda sudah mengerti tentang hal ini, setelah membaca penjabaran di atas.
Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia
No comments:
Post a Comment