Wednesday, March 14, 2012

Penalaran Deduktif

Apa itu Penalaran? Apa itu Penalaran Induktif? Apa itu Generalisasi? Semua hal itu ada dalam post saya disini.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang Penalaran Deduktif.

Sebelum mempelajari penalaran deduktif, alangkah baiknya kita mengetahui apa arti dari deduksi;

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Jadi, Deduksi adalah sebuah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran dimana dari dua proposisi ditarik suatu proposisi baru yang berupa konklusi.

Contoh :
Semua buku bacaan saya mempunyai jalan cerita yang unik.
"Pocongggg juga Pocong" adalah salah satu buku bacaan saya.
Jadi : "Poconggg juga Pocong" mempunyai jalan cerita yang unik.

Hukum Silogisme :

  1. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
    • Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
    • Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
    • Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
    • Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
  2. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
    • Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
    • Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif. 
    • Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah) 
    • Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular. 

Bentuk Silogisme Menyimpang :
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.

Contoh silogisme menyimpang:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”

Bentuk standar dari silogisme di atas:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.

Dalam Penalaran Deduktif, kita juga harus mengetahui paragraf yang berdasarkan deduktif.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Ciri-ciri paragraf deduktif kalimat utama berada di awal paragraf. Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.

Contoh:
Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas.

Semua metode itu memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan, berikut adalah kelebihan dan kelemahan penalaran secara deduktif :
Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang melebihi kasus- kasus khususnya (knowledge expanding), dan inilah yang diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan dengan deduksi.
Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada penalaran deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi premisnya. Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.


Sumber :
Wikipedia
Blog milik Vania
Blog milik Nopi

No comments:

Post a Comment